Jumat, 25 Maret 2011

Askep Hiperbilirubinemia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA
by Ganda Tua Parulian

LBM :
Seorang ibu masuk rumah sakit dengan membawa Bayi Baru Lahir, ibu mengatakan bayinya baru lahir 2 hari yang lalu, dengan BB 2000 gram, kulit anaknya kuning, mata kuning, pucat, anak rewel dan tidak mau menyusu, BAB anaknya mencret . Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak kuning, skelera ikterik, perut buncit, BB 2000 gram, anak letargi, reflek menyusu lemah, iritabilitas, pemeriksaan labor diperoleh kadar bilirubin 13 gram/dl
A.Pengkajian
1. Tanggal pengkajian :
2. Identitas anak, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, anak keberapa, BB lahir, PB lahir
3. Identitas orangtua
a. Ibu ; nama, umur, pendidikan, agama, golongan darah / rhesus, alamat
b. Ayah : nama, umur, pendidikan, agama, golongan darah / rhesus, alamat
4. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Ibu menyatakan; kulit anaknya kuning, mata kuning, anak rewel dan tidak mau menyusu, BAB anaknya mencret
b. Riwayat penyakit sekarang : kulit anak kuning, mata kuning, anak rewel dan tidak mau menyusu, BAB anak seperti dempul.
c. Riwayat kehamilan ibu : Umur kehamilan : 32 minggu
Apakah ada ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia ?
Apakah saat hamil pernah Infeksi toxoplasma, dan infeksi penyakit yang lain ?
Riwayat persalinan terdahulu : apakah pada kelahiran anak sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti ini?
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada saudara atau anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti ini?

5.Pemeriksaan Fisik
1). Antropometri
a). BB : 2000 gram
b). PB : 45 cm
2). TTV
a). TD : menurun
b). ND : meningkat
c). RR : meningkat
d). SH : meningkat
3). Inspeksi
a) Rambut : hitam dan distribusi teratur
b) Mata : skelera ikterik, konjungtiva anemis
c) Hidung : simetris, secret tidak ada,
d) Mulut : tidak ada kelainan, labioscizis tidak ada
e) Telinga : simetris, tidak ada kelainan
f) Leher : tidak ada kelainan
g) Dada :
Inspeksi : kulit ikterik,retraksi otot dada, napas cepat
Palpasi : deformitas tidak ada
Auskultasi : bunyi napas ronchi dan krekels
Perkusi : timpani
h. Abdomen
Inspeksi : perut buncit, ikterik, turgor jelek
Palpasi : pembesaran pada hati
Auskultasi : bising usus cepat
Perkusi : redup pada daerah hati
i. Genetalia : tidak ada kelainan
j. Ekstremitas : akral dingin, CRT > 3detik, pucat dan tampak kuning
k. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Kadar Bilirubin 13 gr/dl
Golongan Darah Ibu / Rhesus ?
Golongan Darah Ayah / Rhesus ?
Selain pengkajian diatas, kita juga penting mangkaji tentang:
1. Aktivitas/ istirahat: anak letargi dan malas, rewel
2. Sirkulasi: kulit pucat, anemis
3. Eliminasi : mekonium seperti dempul, BAK sedikit, bising usus hipoaktif, feses coklat kehijauan, urine gelap pekat.
4. Nutrisi : menyusui lemah, susu bantu tidak mau
5. Neurosensori : kehilangan reflex moro, epistotonus, menangis lirih,
6. Pengkajian Psikososial : Pola management koping stress orang tua
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
7. Pengetahuan Keluarga meliputi : Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia.

Tabulasi Data :
DS :
1. Ibu mengatakan bayinya kuning , pucat dan matanya juga kuning
2. Ibu mengatakan bayinya tidak mau menyusu dan rewel
3. Ibu mengatakan BAB bayinya mencret
4. Ibu mengatakan BB lahir anaknya 2000 gram dan umur kehamilan 32 minggu.
5. Ibu mengatakan tidak mengerti tentang penyakit anaknya
6. Ibu mengatakan takut anaknya terjadi sesuatu

DO :
1. Bayi tampak kuning, pucat, konjungtiva anemis
2. Skelera ikterik
3. Perut tampak buncit
4. BB 2000 gram
5. Anak tampak rewel dan letargi
6. Pemeriksaan labor : Bilirubinemia 13 gr/dl
7. Reflek menyusui lemah
8. Iritabilitas
9. Ibu sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya
10. Ibu tampak bingung dan cemas mondar-mandir

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Hiperbilirubinemia (jaundice) dan radiasi
3. Gangguan parenting berhubungan dengan pemisahan
4. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapy yang diberikan pada bayi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
6. Resiko tinggi peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek fototerapi
7. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan efek Fototherapi
8. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan tranfusi tukar


C. Intervensi
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan yang ditandai dengan bayi tidak mau menyusu,
DS : ibu mengatakan bayinya tidak mau menyusu, BAB mencret, rewel,
DO : refleks menyusu kurang, mekonium tampak seperti dempul, anak rewel, turgor kulit jelek.
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan cairan tubuh neonatus adekuat
Kriteria Hasil :
a. Bayi mampu minum asi atau susu botol
b. Turgor kulit baik
c. Haluaran urine 1- 2 ml/kg/jam
d. Waktu pengisian kapiler 3-5 detik
Intervensi :
1. Pantau asupan dan haluaran setiap jam. Catat cairan per intravena, nutrisi parenteral total, dan setiap pemberian makanan per oral atau melalui slang nosogastrik. Timbang popok untuk mengukur jumlah urine dan feses. Tingkatkan pemberian cairan sesuai program.
Rasional :
Pemantauan semacam ini memungkinkan evaluasi keseimbangan cairan bayi dan kebutuhan intervensi lebih lanjut.
2. Timbang bayi pada waktu yang sama setiap hari, menggunakan skala yang sama untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat.
Rasional :
Perubahan berat badan dapat mengindikasikan perubahan dalam keseimbangan cairan bayi.
3. Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi (oliguri, kulit kering, turgor kulit buruk, dan fontanel serta mata cekung)
Rasional :
Tanda dehidrasi mengindikasikan perlunya intervensi segera untuk mengatasi kekurangan cairan pada anak.
4. Berikan asi secara perlahan-lahan, gunakan botol susu apabila daya isapan bayi kurang, dan beri air diantara menyusui
Rasional :
Asi merupakan makanan bayi yang paling baik dan mengandung berbagai zat gizi yang cukup bagi bayi, dan pemberian air dapat mencegah bayi dehidrasi dengan segera.
5. Pantau tahanan perifer total bayi, tekanan darah, elektrolit, kadar protein total, albumin, nitrogen urea darah, dan laporkan setiap kelainan dengan segera.
Rasional :
Pemantauan dapat mengevaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan yang tidak diperbaiki dapat menyebabkan takikardia, bradikardia, aritmia atau hipotensi. Temuan yang tidak normal dapat mengindikasikan penolakan atau malfungsi hati.
6. Kolaborasi pemberian cairan intravena atau pemasangan nasogastrik
Rasional :
Pemberian cairan intravena dapat mempermudah pemasukan cairan yang adekuat pada bayi, dan pemasangan nasogatrik dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan pada bayi apabila bayi sulit menyusu.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Hiperbilirubinemia (jaundice) yang ditandai dengan kulit ikterik dan kering.
DS : Ibu mengatakan kulit anaknya kuning dan kering serta keriput
DO: Kulit bayi tampak ikterik, kadar bilirubin 13 gram / dl, skelera ikterik,nturgor kulit jelek, bayi letargi, reflek menyusu lemah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan
Kriteria Evaluasi :
a. Ikterik pada kulit bayi berkurang
b. Skelera tidak ikterik
c. Turgor kulit baik
d. Kadar bilirubin dalam batas normal (< 10 gram/dl)
Intervensi :
1. Kaji warna kulit tiap 8 jam
Rasional :
Perubahan warna kulit dapat menunjukkan adanya peningkatan kadar bilirubin dalam darah dan juga tanda-tanda infeksi pada kulit
2. Pertahankan kulit agar tetap bersih dan kering setiap waktu
Rasional :
Kulit yang bersih dan kering mencegah kerusakan kulit akibat kelembapan dan debris
3. Pantau bilirubin direk dan indirek
Rasional :
Kadar bilirubin indirek memperlihatkan adanya peningkatan bilirubin di bawah permukaan kulit sehingga kulit akan tampak lebih kuning.
4. Rubah posisi setiap 2 jam
Rasional :
Pengaturan posisi secara teratur dapat meningkatkan sirkulasi udara pada daerrah yang tertekan lama, sehingga dapat mengurangi terjadinya keruskan pada kulit.
5. Masase daerah yang menonjol
Rasional :
Masase dapat memperlancar aliran darah sehingga kulit mendapatkan suplai darah dan nutrisi yang adekuat
6. Jaga kebersihan kulit dan kelembabannya.
Rasional :
Kebersihan kulit yang terjaga dengan baik dapat menghindari dari infeksi sehingga kerusakan kulit dapat teratasi dan terjaganya kelembapan kulit
7. Pantau pemeriksaan kadar bilirubin setiap 12 jam
Rasional :
Untuk mengetahui kadar bilirubin indirek agar dengan cepat memberikan terapi yang tepat.
8. Kolaborasi terapi pemanasan (fototerapi)
Rasional :
Untuk mempercepat pemecahan bilirubin indirek yang terdapat dibawah kulit.

3. Gangguan parenting berhubungan dengan pemisahan yang ditandai dengan bayi dirawat didalam incubator dan ibu dirawat diruang perawatan.
DO : Ibu mengatakan ingin menggendong dan menyusui bayinya
DS : Ibu tampak cemas dan gelisah karena ingin menggendong bayinya, bayi dirawat didalam incubator sedangkan ibu dirawat diruang perawatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan memberikan pengertian kepada si ibu gangguan parenting dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Tingkah laku orang tua “attachment”
b. Ibu dapat mengerti dan mengekpresikan proses bounding
c. Perawatan berjalan sesuai dengan prosedur tanpa ada kendala
Intervensi :
1. Bawa bayi ke ibu untuk disusui,
Rasional :
Ibu yang menyusui bayinya akan meningkat hubungan psikologis antara ibu dengan bayinya, bayi akan merasa aman dengan sang ibu dan mempercepat proses penyembuhan
2. Buka tutup mata saat disusui, untuk stimulasi sosial dengan ibu,
Rasional :
Membuka tutup mata bayi akan menstimulasi hubungan social bayi dengan si ibu sehingga ibu dan bayi akan merasa tenang.
3. Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya,
Rasional :
Ransanggan suara si ibu dapat meningkatkan hubungan social dan psikologis bayi dengan ibu
4. Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan,
Rasional :
Dengan melibatkan orang tua dalam perawatan bayi dapat menambah waktu bertemu ibu dengan bayi
5. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya
Rasional :
Dengan membantu mengekpresikan perasaan orang tua mampu mengurangi rasa cemas pada ibu

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang pemajanan (keterbatasan paparan), yang ditandai dengan ibu sering menanyakan kondisi bayinya
DO : Ibu sering bertanya tentang keadaan bayinya, meminta informasi tentang penyakit bayinya
DS : Ibu tampak sering bertanya-tanya tenyang kondisi anaknya, meminta informasi tentang penyakit anaknya, ketidak tepatan mengikuti intruksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan keluarga dapat mendapat pengetahuan mengenai penyakit yang diderita anaknya.
Kriteria Hasil :
a. Keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya
Intervensi :
1. Berikan informasi tentang tipe-tipe ikterik dan factor-faktor patofisiologis dan implikasi masa datang dari hiperbilirubinemia. Anjurkan untuk mengajukan pertanyaan; tegaskan atau perjelas informasi sesuai kebutuhan.
Rasional :
Memperbaiki kesalahan konsep, meningkatkan pemahaman, dan menurunkan rasa takut dan perasaan bersalah. Ikterik neonatus mungkin fisiologis, akibat ASI, atau patologis, dan protocol perawatan tergantung pada penyebab dan factor pemberat.
2. Diskusikan penatalaksaan dirumah dari ikterik fisiologis ringan atau sedang, termasuk peningkatan pemberian makan, pemajanan langsung pada sinar matahari, dan program tindak lanjut tes serum.
Rasional :
Pemahaman orang tua membantu mengembangkan kerja sama mereka bila bayi dipulangkan. Informasi membantu orang tua melaksanakan penatalaksanaan dengan aman dan dengan tepat dan mengenali pentingnya semua aspek program penatalaksanaan.
3. Berikan informasi tentang mempertahankan suplai asi melalui penggunaan pompa payudara dan tentang kembali menyusui asi bila ikterik memerlukan pemutusan menyusui.
Rasional :
Membantu ibu untuk mempertahankan pemahaman pentingnya terapi. Mempertahankan supaya orang tua tetap mendapatkan informasi tentang keadaan bayi. Meningkatkkan keputusan berdasarkan informasi.
4. Kaji situasi keluarga dan system pendukung. Berikan orang tua penjelasan tertulis yang tepat tentang fototerapi dirumah, daftarkan teknik dan potensial masalah
Rasional :
Fototerapi dirumah dianjurkan hanya untuk bayi cukup bulan setelah 48 jam pertama kehidupan, dimana kadar bilirubin serum antara 14 dan 18 mg/dl tanpa peningkatan konsentrasi bilirubin reaksi langsung.
5. Diskusikan kemungkinan efek-efek jangka panjang dari hiperbilirubinemia dan kebutuhan terhadap pengkajian lanjut dan intervensi dini.
Rasional :
Kerusakan neurologis dihubungkan dengan kernikterus meliputi kematian, palsi serebral, retardasi mental, kesulitan sensori, pelambatan bicara, koordinasi buruk, kesulitan pembelajaran, dan hipoplasia email dan warna gigi hijau kekuningan.

6. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan efek Fototherapi yang ditandai dengan bayi dilakukan fototerapi.
Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat fototherapi
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam batas normal
b. Bebas dari cedera kulit/jaringan
c. Mendemonstrasikan pola interaksi yang diharapkan
d. Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum.
Intervensi :
1. Perhatikan adanya/perkembangan bilier atau obstruksi usus
Rasional :
Fototerapi dikontraindikasikan pada kondisi ini karena fotoisomer bilirubin yang diperoleh dalam kulit dan jaringan subkutan dengan pemajanan pada terapi sinar tidak dapat siap dieksresikan.
2. Ukur kuantitas fotoenergi bola lampu flluoresen (sinar putih atau biru) dengan menggunakan foto meter.
Rasional :
Untuk menentukan seberapa dekat bayi ditempatkan
3. Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya
Rasional :
Menghindari terjadinya kerusakan pada kulit bayi karena panas yang ditimbulkan lampu
4. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya;
Rasional :
Mata dan genital ditutup agar tidak terjadi kerusakan akibat sinar yang menyilaukan dan radiasi yyang dipancarkan.
5. Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam;
Rasional :
Untuk mengetahui apakah ada kerusakan atau kelainan yang diakibatkan oleh penyinaran, dan 8 jam adalah waktu yang cukup lama dalam penyinaran sehingga perlu diberikan istirahat pada bayi dari cahaya.
6. Buka penutup mata setiap akan disusukan;
Rasional :
Untuk menghindari bayi bingung dan memberikan kesempatan pada bayyi untuk melihat ibunya
7. Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.
Rasional :
Sentuhan dan suara dapat meningkatkan hubungan social dan psikologis pada bayi sehingga proses fototerapi berjallan lancer.

D. Evaluasi
1. Turgor kulit normal
2. Kadar bilirubin <10 gram/dl
3. Bayi menyusui dengan baik
4. BAB normal, warna kuning, dan konsistensi normal
5. BAK normal 1-2 ml / KgBB/ 24 jam
6. Warna kulit kemerahan
7. CRT < 3detik
8. Orang tua bisa menjelaskan tentang penyakit anaknya dan tindakan perawatan dirumah
9. Ibu dapat mengerti dan mengekpresikan perasaannya kepada perawat
10. Tanda-tanda infeksi pada kulit tidak ada
11. Tidak terjadi cedera pada bayi


Referensi :

Morgan, Kathleen Speer. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Wong’s. 2007. Rencana Perawatan Maternal / Bayi . Jakarta : EGC.

Anomim. 2010. Askep Hiperbilurubinemia. Diakses tanggal 27 oktober 2010.
http://www.trinoval.web.id/2010/04/askep-hiperbilirubin.html

Anomim. 2008. Bayi Hiperbilirubinemia. Diakses tanggal 27 oktober 2010.
http://ns-nining.blogspot.com/2008/10/bayi-hiperbilirubinemia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar